Part 2
Sekarang hari senin, 5 hari setelah kejadian kaki Ara terkilir dan Samudra sudah bangun dari tidurnya, Ia memakai seragam putih abu-abu nya dengan rapi seperti biasa.
Samudra bukan siswa yang rajin
disekolahnya namun ia pintar di segala
mata pelajaran, walau tidak mendapat posisi pertama dikelasnya. Ia juga bukan
siswa yang taat aturan namun ia malas berurusan dengan sekolah dan memperburuk
nama belakangnya, ia tak pernah telat berangkat ke sekolah karena akan
berurusan dengan Pengurus Osis di sekolahnya.
Samudra menuruni tangga menuju meja
makan yang sudah ada Ayahnya dengan Smartphone di tangan kiri nya dan Sendok di
tangan kanan nya.
“selamat
pagi Tuan Romi Rahardiansyah yang super sibuk.” Sapa nya lalu duduk di salah
satu kursi
“pagi
anugrah, sudah bangun?” balas ayahnya dengan senyum khasnya dan suara nya yang
menggema
Percakapan hangat mereka menjadi
awal dari hari samudra, selalu seperti itu samudra mengawali hari nya dengan
bicara tentang segala hal dengan ayahnya, sesibuk apapun ayahnya selalu
menyempatkan sarapan bersama Samudra kecuali jika dipaksa harus keluar kota
atau keluar negeri, itu yang membuat samudra menganggap bahwa ayahnya adalah
orang yang paling romantis di dunia.
==
Setelah upacara samudra menuju ke
ruang ekskul music, samudra berniat menghabiskan waktunya diruang music karena
sudah ada pengumuman bahwa guru akan mengadakan rapat.
Samudra mengambil gitar dan
memainkannya dengan lembut, nada-nada yang mengingatkannya kepada masa kecil
bersama kakaknya, kakaknya yang mengajarkan ia cara bermain gitar sejak ia
kelas 4 SD kakaknya sangat menyukai music berbeda dengannya yang menyukai
sastra dan menggambar.
Ia tak lagi melakukan kegiatan yang
ia sukai, yaitu menggambar, karena akan mengingatkan rasa bersalah kepada
adiknya Tara yang terobsesi menjadi pelukis terkenal.
~~
“gimana
kabar kalian?” suara ayahnya membuat dua anak laki-laki dan satu anak perempuan
tersenyum riang.
“ayah
jangan lupa beliin Rafa gitar yang ayah janjiin ya.” Anak laki-laki yang duduk
dibangku kelas 1 SMP itu penuh dengan semangat menagih janji ayahnya.
“ih kak
Rafa kan udah gede, ayah ayah beliin Tara peralatan lukis lagi yang baru.” Tara
waktu itu duduk di kelas 3 SD, imut dengan rambut kuncir dua.
Disamping mereka sosok wanita
bernama Lisa yang mereka sebut ‘bunda’ tertawa melihat tingkah lucu
anak-anaknya yang sangat merindukan sosok ayahnya.
Saat itu Samudra masih kelas 4
SD,Samudra tertawa geli melihat Rafa dan Tara saling berebut telefon. Samudra
melihat HP bundanya bergetar.
“bunda
ada yang menelfon.” Ujar samudra dibalas senyuman
Lisa langsung menjauh dari
anak-anaknya dan mengangkat telefon, Samudra merasa ada yang aneh karena
belakangan bundanya sering mengangkat telefon dari nomor yang tidak bernama.
~~
“andai saat
itu aku langsung menyadarinya dan mencari tau, semua ini tidak akan terjadi.”
Gumamnya.
Samudra menatap keluar jendela,
disana terdapat pekarangan belakang sekolah yang jarang ada orang yang lewat
kecuali siswa yang hendak melakukan hal terlarang semisal
merokok,’berpacaran’,membolos,dan lainnya.
Berbeda bagi samudra, pekarangan
belakang sekolah ia gunakan untuk menyendiri selagi moodnya turun atau sedang
teringat tentang keadaannya seperti saat ini,Samudra pintar menyembunyikan
perasaannya ia bukan tipe orang penyendiri atau kita kenal sebagai introvert,ia
hanya tidak ingin orang lain mengasihinya.
“gue
cari lo kemana-mana taunya lo disini,lo ada masalah?” seseorang memeluknya dari
belakang,samudra sedikit kaget namun setelah tau suaranya ia tersenyum simpul.
Ara sedang menagih cerita ke samudra dengan cara tersebut,dan itu bisa
menenangkan samudra pelukan Ara terasa hangat dan membuatnya lupa tentang
masalahnya.
“gue gapapa
kok,Cuma inget kak Rafa sama Tara aja. Kabar mereka gimana ya. Udah mau 4tahun
pisah sama mereka.”
Ara melepaskan pelukan berjalan
sembarang mengambil barang ini itu dan melihat-lihat.
“mereka
baik-baik aja, lo harus terus berfikir positif biar lo semangat nyari mereka.”
Ujar Ara
“haha.. iya
bener, ngapain gue khawatir. Tara pasti bahagia sama bunda dan kak Rafa pasti
bahagia juga karena ayah masih memfasilitasi dia.” Samudra tersenyum kecut
Ara melihatnya merasa bahwa dirinya
harus segera mungkin menghibur samudra sebelum benar-benar tenggelam dalam
kesedihan.
“yuk
ke kantin, laper nih. Lo yang traktir ya.” Ara merebut gitar di lengan samudra
menaruhnya sembarang dan langsung menarik tangan samudra memaksanya ke
kantin,dan samudra hanya bisa pasrah.
==
“sini
dompet lo.” Samudra pun langsung menyodorkan dompetnya ke Ara.
“yaudah
gue pesen ya,pokonya terserah gue.” Samudra pasrah saja, ia tidak ingin
berdebat soal makanan dengan Ara yang akan berlangsung lama. S e k a l i.
Beberapa menit kemudian Ara kembali
dengan beberapa makanan, Samudra membantu membawa makanan. Samudra tidak habis
fikir kenapa sahabatnya itu membeli banyak sekali makanan padahal porsi makan
Ara tidak sebanyak itu.
“lo
yakin mau ngabisin semua ini?” Tanya samudra dengan nada heran,Ara tersenyum
lebar lalu menggeleng.
“bukan
gue,tapi elo. Gue bantu aja hehe.” Ara nyengir kuda
“gila ya
lo, gak lah. Lo mau ngebunuh gue dengan cara bikin gue kekenyangan? Ngeri gue.”
Samudra berdiri tapi langsung dicegah
“gue marah
nih kalo lo ngga nurut, gue males aja tau liat lo kurusan gitu.” Ara memasang
wajah memohon dibalas tatapan ilfil oleh samudra
“lo buta
ya? Mau gue congkel mata lo? Mau lo Tanya seluruh cewe di sekolah ini juga mereka
tau,badan gue segini mulu.”
Tidak ada jawaban dari Ara
sepertinya ia kesal, Samudra sempat berpaling muka dari Ara melihat cewe-cewe
yang sinis ke Ara membuat Samudra sedikit kesal juga pada mereka. Ia pun
menurut apa kata Ara, tanpa aba-aba ia memakan makanan yang ada dimeja satu per
satu. Ara tersenyum lebar dan memakan batagornya.
“apa
kita pacaran aja ya?.” Tanya ara tenang samudra tersedak makanannya mendengar
pertanyaan Ara menatap Ara tajam.