Sabtu, 01 Juli 2017

Tentang Takdir #Part2

Part 2


Sekarang hari senin, 5 hari setelah kejadian kaki Ara terkilir dan Samudra sudah bangun dari tidurnya, Ia memakai seragam putih abu-abu nya dengan rapi seperti biasa.
Samudra bukan siswa yang rajin disekolahnya namun ia pintar  di segala mata pelajaran, walau tidak mendapat posisi pertama dikelasnya. Ia juga bukan siswa yang taat aturan namun ia malas berurusan dengan sekolah dan memperburuk nama belakangnya, ia tak pernah telat berangkat ke sekolah karena akan berurusan dengan Pengurus Osis di sekolahnya.
Samudra menuruni tangga menuju meja makan yang sudah ada Ayahnya dengan Smartphone di tangan kiri nya dan Sendok di tangan kanan nya.
          “selamat pagi Tuan Romi Rahardiansyah yang super sibuk.” Sapa nya lalu duduk di salah satu kursi
          “pagi anugrah, sudah bangun?” balas ayahnya dengan senyum khasnya dan suara nya yang menggema
Percakapan hangat mereka menjadi awal dari hari samudra, selalu seperti itu samudra mengawali hari nya dengan bicara tentang segala hal dengan ayahnya, sesibuk apapun ayahnya selalu menyempatkan sarapan bersama Samudra kecuali jika dipaksa harus keluar kota atau keluar negeri, itu yang membuat samudra menganggap bahwa ayahnya adalah orang yang paling romantis di dunia.
==
Setelah upacara samudra menuju ke ruang ekskul music, samudra berniat menghabiskan waktunya diruang music karena sudah ada pengumuman bahwa guru akan mengadakan rapat.
Samudra mengambil gitar dan memainkannya dengan lembut, nada-nada yang mengingatkannya kepada masa kecil bersama kakaknya, kakaknya yang mengajarkan ia cara bermain gitar sejak ia kelas 4 SD kakaknya sangat menyukai music berbeda dengannya yang menyukai sastra dan menggambar.
Ia tak lagi melakukan kegiatan yang ia sukai, yaitu menggambar, karena akan mengingatkan rasa bersalah kepada adiknya Tara yang terobsesi menjadi pelukis terkenal.
~~
          “gimana kabar kalian?” suara ayahnya membuat dua anak laki-laki dan satu anak perempuan tersenyum riang.
          “ayah jangan lupa beliin Rafa gitar yang ayah janjiin ya.” Anak laki-laki yang duduk dibangku kelas 1 SMP itu penuh dengan semangat menagih janji ayahnya.
“ih kak Rafa kan udah gede, ayah ayah beliin Tara peralatan lukis lagi yang baru.” Tara waktu itu duduk di kelas 3 SD, imut dengan rambut kuncir dua.
Disamping mereka sosok wanita bernama Lisa yang mereka sebut ‘bunda’ tertawa melihat tingkah lucu anak-anaknya yang sangat merindukan sosok ayahnya.
Saat itu Samudra masih kelas 4 SD,Samudra tertawa geli melihat Rafa dan Tara saling berebut telefon. Samudra melihat HP bundanya bergetar.
          “bunda ada yang menelfon.” Ujar samudra dibalas senyuman
Lisa langsung menjauh dari anak-anaknya dan mengangkat telefon, Samudra merasa ada yang aneh karena belakangan bundanya sering mengangkat telefon dari nomor yang tidak bernama.
~~
“andai saat itu aku langsung menyadarinya dan mencari tau, semua ini tidak akan terjadi.” Gumamnya.
Samudra menatap keluar jendela, disana terdapat pekarangan belakang sekolah yang jarang ada orang yang lewat kecuali siswa yang hendak melakukan hal terlarang semisal merokok,’berpacaran’,membolos,dan lainnya.
Berbeda bagi samudra, pekarangan belakang sekolah ia gunakan untuk menyendiri selagi moodnya turun atau sedang teringat tentang keadaannya seperti saat ini,Samudra pintar menyembunyikan perasaannya ia bukan tipe orang penyendiri atau kita kenal sebagai introvert,ia hanya tidak ingin orang lain mengasihinya.
          “gue cari lo kemana-mana taunya lo disini,lo ada masalah?” seseorang memeluknya dari belakang,samudra sedikit kaget namun setelah tau suaranya ia tersenyum simpul. Ara sedang menagih cerita ke samudra dengan cara tersebut,dan itu bisa menenangkan samudra pelukan Ara terasa hangat dan membuatnya lupa tentang masalahnya.
“gue gapapa kok,Cuma inget kak Rafa sama Tara aja. Kabar mereka gimana ya. Udah mau 4tahun pisah sama mereka.”
Ara melepaskan pelukan berjalan sembarang mengambil barang ini itu dan melihat-lihat.
“mereka baik-baik aja, lo harus terus berfikir positif biar lo semangat nyari mereka.” Ujar Ara
“haha.. iya bener, ngapain gue khawatir. Tara pasti bahagia sama bunda dan kak Rafa pasti bahagia juga karena ayah masih memfasilitasi dia.” Samudra tersenyum kecut
Ara melihatnya merasa bahwa dirinya harus segera mungkin menghibur samudra sebelum benar-benar tenggelam dalam kesedihan.
          “yuk ke kantin, laper nih. Lo yang traktir ya.” Ara merebut gitar di lengan samudra menaruhnya sembarang dan langsung menarik tangan samudra memaksanya ke kantin,dan samudra hanya bisa pasrah.
==
          “sini dompet lo.” Samudra pun langsung menyodorkan dompetnya ke Ara.
          “yaudah gue pesen ya,pokonya terserah gue.” Samudra pasrah saja, ia tidak ingin berdebat soal makanan dengan Ara yang akan berlangsung lama. S e k a l i.
Beberapa menit kemudian Ara kembali dengan beberapa makanan, Samudra membantu membawa makanan. Samudra tidak habis fikir kenapa sahabatnya itu membeli banyak sekali makanan padahal porsi makan Ara tidak sebanyak itu.
          “lo yakin mau ngabisin semua ini?” Tanya samudra dengan nada heran,Ara tersenyum lebar lalu menggeleng.
          “bukan gue,tapi elo. Gue bantu aja hehe.” Ara nyengir kuda

“gila ya lo, gak lah. Lo mau ngebunuh gue dengan cara bikin gue kekenyangan? Ngeri gue.” Samudra berdiri tapi langsung dicegah
“gue marah nih kalo lo ngga nurut, gue males aja tau liat lo kurusan gitu.” Ara memasang wajah memohon dibalas tatapan ilfil oleh samudra
“lo buta ya? Mau gue congkel mata lo? Mau lo Tanya seluruh cewe di sekolah ini juga mereka tau,badan gue segini mulu.”
Tidak ada jawaban dari Ara sepertinya ia kesal, Samudra sempat berpaling muka dari Ara melihat cewe-cewe yang sinis ke Ara membuat Samudra sedikit kesal juga pada mereka. Ia pun menurut apa kata Ara, tanpa aba-aba ia memakan makanan yang ada dimeja satu per satu. Ara tersenyum lebar dan memakan batagornya.

          “apa kita pacaran aja ya?.” Tanya ara tenang samudra tersedak makanannya mendengar pertanyaan Ara menatap Ara tajam.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar